Ehm
Mijung nih. Sepertinya impian untuk mengupdate blog secara regular itu hanya tinggal angan-angan ya. Gw pikir, dulu, gw gak bisa update blog itu karena I don’t have proper internet connection. Ada sih di kantor, tapi kan gw karyawan teladan dimana internet kantor hanyalah untuk research kebutuhan kantor (seperti detikhot.com dan facebook.com haihaihai). Gak deng. Sebenernya alasan gw gak update blog di kantor itu lebih karena gw gak ada waktu to have a proper writing on specific topic. Waktu bengong sih ada, sesekali. Tapiii ya itu, gw gak terbiasa nulis tanpa kontemplasi terlebih dahulu. Nyari wangsit.
Tapi barusan, gw berkunjung ke blog yang udah lamaaa bgt gw gak liat. Udah lama banget karena gw pikir dia udah gak update her blog regularly, but it turns out she updates it even more often than i do ihieheihei *malu*. Disitu dia bilang that having back for good to her hometown Bandung, malahan ngebuat dia ngerasa agak kesepian, karena with the ritual habit of this and that, waktunya berkurang banget. She said that being an adult means replacing the friends with acquaintances. Gimana mau jadi ‘temen’ akrab dalam arti temen sebenarnya, kalo ngumpul aja jarang. Some of them work from 9-5, plus with the hectic traffic, baru bisa kumpul di atas jam 7 malem. Plus, kebanyakan udah punya pasangan tetap. Ergo, sisa waktu yang ada kebanyakan dihabiskan dengan pasangannya atau keluarganya masing-masing.
She was a very close friend of mine when i was in Melbourne. Gimana gak deket, seraya unit kita cuma beda gedung. Tempat fitness juga sama. Padahal kuliah beda, but we managed untuk sering pergi bareng, and once in a while BBQ-an bareng juga.
And, having read her entry, I can relate her feeling with mine. Awal gw baru balik ke Jakarta, I felt exactly the same way, karena gw harus (kembali) beradaptasi dengan beberapa kondisi yang tidak persis sama, malah kadang jauh dari ekspektasi gw waktu di Melben. Gw inget teman terdekat gw baru punya pacar baru yang tentunya membuat gw agak kurang nyaman karena gw gak kenal sama si pacar. Hence bayangan gw akan spend most of the time with him gagal total karena tentunya sebagai pacar yang baik dia lebih senang bercengkerama sama gua. Iyalah, bok. Hehe.
Plus keadaan keluarga yang pasti sangat berbeda dengan terakhir gw ketemu dengan mereka, dan teman-teman lain yang kebanyakan udah bekerja, be it 9-5 slave ataupun kerja rodi di media & advertising agency keparat dimana waktunya sama sekali gak ada buat senang-senang.
Belom lagi kondisi keuangan yang kembali bergantung sama si ayah seraya belom punya pendapatan tetap. Kumplitlah penderitaan.
At that time, I felt left out. And useless.
Tapi untungnya, things have changed. Pelan-pelan tapi pasti, keadaan membaik. Dan saat ini, gw bersyukur banget sama keadaan gw yang ada. Gak berlebihan, tapi Alhamdulillah jauh dari kurang.
Steady income, check. Walaupun gak gede tapi cukuplah buat hedon2an kecil2an.
Calon pasangan sehidup semati, check. Walaupun jauh dari sempurna, but who am I to ask seraya gw pun gak ada sempurna2nya acan.
Loving family. Walaupun a bit dysfunctional, tapi OK-laaaah hihihi.
Friends, super check.
Alhamdulillah, walaupun udah kerja dan relatif gak ada waktu banyak untuk sosialisasi, tapi teteeplah gw punya jagoan2 pertemanan yang bisa gw andelin dalam berbagai situasi.
Dan gw, sangat bersyukur, for I haven’t replaced my friends with acquaintances. And not planning to, at least in the next million years. Hehe.
*Foto diambil saat acara hedon di kantor, dimana semua orang TIDAK mabuk. Bener deh. Heuheuhe =P