Wednesday, August 31, 2005

tanpa judul

masa kecilnya bahagia. orang tua rukun, kakak adik kompak. les ini itu, dari piano sampe ikutan ensembel, les nyanyi sampe ngaji sampe karate. (hampir) semua bidang dia bisa. kata ibu, jadi perempuan itu harus bisa ini itu.

sekolah lancar. lulus sma by 18, juara umum, masuk universitas bergengsi lewat seleksi ketat, ambil jurusan yang kata orang adalah jurusan tersusah. gak peduli sesuai minat atau enggak, gak peduli mampu atau enggak, selesai kuliah tepat waktu, kalau perlu lebih cepat dari teman2 seangkatannya. jangan lupa, IPK harus di atas 3. cum laude kalo bisa. nurutin ibulah intinya, karena kata ibu, "ini semua demi masa depan kamu nak."

lulus kuliah, langsung diterima di perusahaan bergengsi juga. oh yes, lulusan uni bergengsi harus masuk perusahaan bergengsi dong. niat name tag-nya aja orang langsung berujar "waah hebat banget ya, masuk situ kan susah?"

abis kerja dua tahun, langsung ambil s2. kali ini gak main2, di luar negeri men. gak semua orang mau dan mampu kuliah di luar negeri. dan lebih hebatnya, dia kuliah di luar negeri ini, sebagian besar hasil dari menabungnya selama dua tahun bekerja di perusahaan bergengsi tadi. si ibu (dan keluarga lainnya) melepas kepergiannya dengan air mata. sedih karena anak satu2nya jadi jauh, dan bangga karena ia pergi untuk keadaan yang lebih baik jika berjumpa lagi.

penampilan si cewe ini? jangan ditanya. kalau lagi jalan, gak peduli di mall atau di pasar, orang2 pada menoleh padanya, kagum. tinggi, putih, langsing. persis kaya iklan2 di majalah. hebatnya, dia masih juga mau ke pasar (karena biasanya cewe2 kalo udah yang tipikal gini pasti malas menjejakkan kakinya yang mulus putih tanpa bulu di pasar yang becek dan berlumpur). lagi, dia sehat cantik ayu begini, semua berkat ibu mengajarkan minum jamu sejak ia mulai mens. menjaga kebersihan itu gak luar aja, dalam juga, begitu versi ibu.

2 tahun kemudian, ia kembali ke tanah air. berbekal s2 dan sejuta pengalaman kerja paruh waktu. langsung lamaran datang tanpa diminta kepadanya. lamaran kerjaan dari perusahaan yang lebih bergengsi dari tempatnya dulu bekerja, dan tentunya, lamaran dari ibu2 yang ingin anaknya menikah dengannya. orang tua mana yang gak mau punya menantu seperti dia?

menikahlah ia, dengan pria yang kata ibu, baik dari segi apapun. bibit, bebet, bobot kalo kata orang jawa (entah mengapa saya tak pernah setuju akan hal ini). bahagiakah ia?

bahagia, kalo kata ibunya. karena dia selalu menuruti kata ibu. karena ia bikin ibu bahagia.

===

sayang, gw bukan dia. pantes ibu gw gak pernah bangga sama gw.
atau gw harus bersyukur gw bukan dia?

No comments: