this post might contain spoiler. gak nanggung kalo ngambek!
yup, finished the book. and i love, love, every bit of that. much into the shivering and eerie feeling when i was in the middle of the chapter, dan hampir mogok baca bukunya karena takut ending bukunya gak sama dengan harapan gw, akhirnya tadi malem gw berhasil juga menyelesaikan bukunya.
pada intinya gw orangnya menye2. terbukti kalo nonton film gw gak suka akhir yang nanggung, apalagi film2 tragedi yang akhirnya, terutama tokoh utamanya, bunuh diri, saling bunuh, atau mati semua. intinya semua harus bahagia dan menyenangkan. and the very same thing goes for books as well.
dan buku ini, walaupun perjalanan berliku dan penuh dengan jantung berhenti karena takut si jagoan2 mati atau terluka, akhirnyaaa berakhir dengan semua senang, semua tenang, semua menang. kalaupun ada yang mati, yaaa bisa jadi gak terlalu penting.
buku ini bisa dibilang banyak ngikutin mainstream yang ada. yah, gak bisa dipungkiri kalo its all about the dough theyre looking for. akhir yang bahagia, diselipi dengan beberapa pesan moral (atau bisa juga ideology justification) seperti akhirnya yang jahat tetap kalah betapapun pernah sangat kuat dan ditakuti, kekuatan cinta selalu paling kuat *kok jadi kaya sailormoon ya hehe*.
tapi, orang yang ngaku2 feminis akan punya dua sisi akan film ini.
satu, mereka yang tadinya membela buku ini karena tokoh hermoine begitu powerful dan hampir selalu menjadi pemimpin strategi, pada akhirnya mungkin akan agak sedikit membenci hermoine karena pada akhirnya dia hanya menjadi "wanita biasa dengan jalan biasa", yaitu menjadi istri ron weasley dan squeeze out few kids.
dua, mereka yang berpendapat dan tetap bangga akan hermoine karena bukan berarti dengan menjadi istri ron weasley dia menjadi perempuan yang lemah. perempuan yang lemah adalah perempuan yang tidak bisa berpikir dan bertindak atas dirinya sendiri, bukan begitu? sementara in this case, keliatan banget kalo hermoine bertindak atas kehendaknya sendiri, acting on her free will dan tampak bahagia dengan pilihannya tersebut. era perempuan vs laki2 udah berakhir, karena masing2 sadar dengan kodrat, konsekuensi, dan fungsinya masing2.
gw? gw mah abstain wae-lah, gw ga ngerti feminis2an. gw cuma penyuka bukunya yang setia menunggu setiap terbit bukunya, dan membacanya dengan full admiration. rowling is dead genious, see. semua pertanyaan2 yang selama ini dangling di buku2 sebelumnya, terjawab on almost details. banyaknya tokoh yang muncul dari buku2 sebelumnya juga membuktikan bahwa buku ini jauh dari seperti pembuatan sinetron indonesia yang kejar tayang. the books are sooo well designed and well planned, storyline-wise. all the scenes were so imaginative they're even sometimes quite difficult for my full-of-barrier-unimaginative-mind.
dan gw, as i stated above, adalah orang menye2, yang hanya mau akhirnya yang menyenangkan, cuz i seek entertainment in reading books.
dan gw, puas.
farewell, harry potter.
yup, finished the book. and i love, love, every bit of that. much into the shivering and eerie feeling when i was in the middle of the chapter, dan hampir mogok baca bukunya karena takut ending bukunya gak sama dengan harapan gw, akhirnya tadi malem gw berhasil juga menyelesaikan bukunya.
pada intinya gw orangnya menye2. terbukti kalo nonton film gw gak suka akhir yang nanggung, apalagi film2 tragedi yang akhirnya, terutama tokoh utamanya, bunuh diri, saling bunuh, atau mati semua. intinya semua harus bahagia dan menyenangkan. and the very same thing goes for books as well.
dan buku ini, walaupun perjalanan berliku dan penuh dengan jantung berhenti karena takut si jagoan2 mati atau terluka, akhirnyaaa berakhir dengan semua senang, semua tenang, semua menang. kalaupun ada yang mati, yaaa bisa jadi gak terlalu penting.
buku ini bisa dibilang banyak ngikutin mainstream yang ada. yah, gak bisa dipungkiri kalo its all about the dough theyre looking for. akhir yang bahagia, diselipi dengan beberapa pesan moral (atau bisa juga ideology justification) seperti akhirnya yang jahat tetap kalah betapapun pernah sangat kuat dan ditakuti, kekuatan cinta selalu paling kuat *kok jadi kaya sailormoon ya hehe*.
tapi, orang yang ngaku2 feminis akan punya dua sisi akan film ini.
satu, mereka yang tadinya membela buku ini karena tokoh hermoine begitu powerful dan hampir selalu menjadi pemimpin strategi, pada akhirnya mungkin akan agak sedikit membenci hermoine karena pada akhirnya dia hanya menjadi "wanita biasa dengan jalan biasa", yaitu menjadi istri ron weasley dan squeeze out few kids.
dua, mereka yang berpendapat dan tetap bangga akan hermoine karena bukan berarti dengan menjadi istri ron weasley dia menjadi perempuan yang lemah. perempuan yang lemah adalah perempuan yang tidak bisa berpikir dan bertindak atas dirinya sendiri, bukan begitu? sementara in this case, keliatan banget kalo hermoine bertindak atas kehendaknya sendiri, acting on her free will dan tampak bahagia dengan pilihannya tersebut. era perempuan vs laki2 udah berakhir, karena masing2 sadar dengan kodrat, konsekuensi, dan fungsinya masing2.
gw? gw mah abstain wae-lah, gw ga ngerti feminis2an. gw cuma penyuka bukunya yang setia menunggu setiap terbit bukunya, dan membacanya dengan full admiration. rowling is dead genious, see. semua pertanyaan2 yang selama ini dangling di buku2 sebelumnya, terjawab on almost details. banyaknya tokoh yang muncul dari buku2 sebelumnya juga membuktikan bahwa buku ini jauh dari seperti pembuatan sinetron indonesia yang kejar tayang. the books are sooo well designed and well planned, storyline-wise. all the scenes were so imaginative they're even sometimes quite difficult for my full-of-barrier-unimaginative-mind.
dan gw, as i stated above, adalah orang menye2, yang hanya mau akhirnya yang menyenangkan, cuz i seek entertainment in reading books.
dan gw, puas.
farewell, harry potter.
1 comment:
im still torn on saying this is a great book. masih sakit hati gw sama rowling. :(( :((
and i still dont see it as "happy ending".
Post a Comment